SINETRON ULANG TENTANG PETRUS YANG PERNAH MALANG MELINTANG (PISAU DAUN MERAH, FILM CERITA AKHIR PEKAN/TVRI - SABTU, 15 OKTOBER 1988 Pkl: 22.30 WIB)

DIALOG. Kiri-kanan: almarhum Tiar Muslim, Nizar Zulmi, dan salah seorang figuran, serta yang paling kanan adalah artis asal Surabaya, Eva Rosdiana Dewi. Sebelum syuting, mereka berdialog dulu

SIAPA duga kalau almarhum Tiar Muslim pernah membesut sinetron detektif? Pisau Daun Merah (PDM) yang ditayangkan ulang ini – siaran pertama pada akhir September 1984 – adalah garapannya yang termasuk cukup bagus. Dalam arti, jelek tidak, dibilang baik pun tidaklah terlalu.

Tapi, kenapa PDM yang diketengahkan ulang, bukankah karya Tiar yang lain yang lebih bergreget (waktu itu) masih ada? Atau karena televisi (kala itu) demam dengan kisah misteri? Pertanyaan ini memang mudah untuk dilontarkan, sebaliknya suash untuk mencari jawaban yang pas. Hanya saja, kita dapat meraba bahwa siaran ulang ini dikarenakan minimnya bahan yang dipunyai.

Kebetulan menurut pola yang dtietapkan, pada Sabtu ketiga merupakan jatah untuk paket non-televisi alias film bioskop. Jadi, lumrah jika PDM dikeluarkan lagi dari arsip. Lumrah bila pemirsa ikut bertanya juga, kok sinetron tersebut bercerita tentang pembunuhan misterius yang beberapa tahun sebelum bacaan ini dimuat Monitor, sempat menjadi berita utama?

Iya, PDM yang lokasi syutingnya di Solo, sengaja mengangkat masalah “petrus.” Terasa sangat aktual, namun – lebih jauh – sinetron ini tak mampu memberikan sentakan apa-apa. Tentu ini disebabkan skenarionya yang datar, problem yang dikemukakan begitu lurus – sedikit sekali unsur teka-teki, dan begitu tematis.

Praktis, PDM kehilangan suasana yang semestinya hadir secara “misterius”. Ditambah lagi faktor pendukung yang kurang mengetahui fungsinya, plus soal ‘editing’ yang kedodoran. Lalu, siapa sesungguhnya yang menjadi dalang “petrus”? Detektif Usman melacak kasus ini. Hanya saja, pealcakan Usman tidak mendapat porsi utama. Dia tak ditonjolkan utuh. Sekelebatan saja, serta munculnya kucing-kucingan.

PDM lebih bertutur dialog yang pelik – untung tak rumit. Sinetron ini mencoba menghindar terhadap model film jotosan. Makanya tak terdengar suara letusan pistol, atau tembakan dar-der-dor. Semuanya tertumpu pada keluwesan pemeran, tapi sayang sebagian besar mereka bermain tegang. PDM berkisah tentan gpengarang bernama Malta yang punya nama kondang.

Bukunya laris, banyak dibaca orang, dan dia berada di puncak tangga popularitas. Tetapi, kepopulerannya yang melambung itu membuat Malta goyah. Apalagi Malta melakukan penipuan, yakni bertindak curang, memakai penulis lain atas namanya. Segala sesuatunya itu dilakukan demi uang. Malta ingin cepat kaya. Begitu kaya, Malta mengawini perempuan lain, kendati sudah beristri.

Toh, apa yang diperbuat Malta tak bisa ditutupi. Dasar pembohong, dia tak hanya menipu pembaca, tapi menipu pula sang istri. Malta bangga atas perbuatannya. Dia tidak merasa malu. Begitu rahasianya terbongkar, dia tersudut. Banyak orang yang merasa iri, berusaha mengili-kili, dan ingin menyingkirkan. Uang yang menumpuk, kekayaan yang melimpah, setidaknya itu yang membikin malapetaka. Perkara Malta memang kian melebar.

Terjadilah pembunuhan misterius di mana-mana. Anehnya, kisah itu kejadiannya sama persis seperti dalam buku Malta yang berjudul Pisau Daun Merah itu. Bahkan, kasus “petrus” itu merembes. Sewaktu buku tersebut akan dilayarputihkan, mendadak pemeran utamanya mati terbunuh.

Polisi jadi kalang kabut menangani. Mereka kesulitan memecahkan misteri itu. Segeralah pengusutan dimulai, pelacakan disiapkan. Dan masih saja korban berjatuhan. Singkatnya, PDM hanya bergreak dan berhenti pada titiknya. Ditutup dengan antiklimaks. “Petrus” itu akhirnya terungkap.

Pemirsa dapat menebak: si pembunuh. Tetapi, dengan alasan apa ia melakukan? PDM keburu bubar. Sayang, tidak diuraikan motivasinya secara tuntas. Tak ada telaah mendalam. Lalu jadi menggantung, dan untung PDM (waktu itu) masih menarik untuk ditonton.

Ditulis oleh: Syamsuddin Noer Moenadi

PISAU DAUN MERAH

Usman – Nizar Zulmi

Malta – Kaharuddin Syah

Noni – Eva Rosdiana Dewi

Sena – Arman Effendy

Rani – Erna Santoso

Madi – Sukarno M. Noor

Sani – Anwar Fuady

Wartawan I – Irwinsyah

Wartawan II – Tiar Muslim

Artis film – Hans Hanifah

Dokter – Idris M

Pengarah acara: Tiar Muslim

Skenario: Ferian Erlangga (berdasarkan cerita pendek Pisau Daun Merah karya J. Narsih)

Produksi: TVRI Stasiun Pusat Jakarta

Batas usia: 17 tahun ke atas

Dok. Monitor – No. 102/II/minggu ke-2 Oktober 1988/12-18 Oktober 1988, dengan sedikit perubahan

Komentar

Postingan Populer