SENYUMLAH ADINDA, SEBETAPAPUN AYAH DITUDUH SERONG. SEBETAPAPUN KAKAK DITUDUH DISERONGI (PONDOKAN, TVRI - RABU, 2 MARET 1988 Pkl: 21.30 WIB)
ENNY diceritakan kembali ke pondokan setelah pulang kampung. Setelah kasus hampir tercemarnya namanya gara-gara cari tambahan sebagai fotomodel, Winda dilarang pulang ke rumah orangtuanya. Begitu awal dari skenario Pondokan berjudul Senyumlah Adinda. Tapi begitu skenario siap, yayuk Suseno, pemeran Enny, punya kesibukan lain. Di lain pihak, Nani Sugianto, pemain Winda, sudah permisi ‘show’ ke luar kota, jadi batal.
Mengubah skenario? Sudah tidak ada waktu lagi. Dialog Enny terpaksa dipakai Winda. Perubahan dialog dilakukan ‘on the spot’, langsung sambil rekaman. Pemirsa bisa tahu nantinya seberapa jauh improvisasi mendadak ini berjalan dengan halus atau tidak. Sekaligus bisa pulalah dicek seberapa jauh kembalinya kerjasmaa Daniel Conk dan Irwinsyah kali ini.
Soalnya, membenahi kasus dadakan Yayuk dan Nani bukan soal gampang. Kerja profesional, baik dari sang artis maupun produse rmusik atau film, belum semapan di barat sana. Produser amatir atau setengah profesional dan artis yang tanpa manajer, sibuk mengurus semuanya sendirian, jadi penyebab semua dadakan seperti ini. Apalagi kaalu jadwal rekaman di TVRI sendiri kadang juga mundur maju.
Lengkaplah sudah kesemerawutan. Kisah Pondokan kali ini juga
bicara tentang kesemerawutan. Betapa profesionalisme masih kurang dihargai
malah dicemburui. Ibu-ibu tidak siap menghadapi jenjang karir sang suami. Dan
Wenny (Tetty Liz) yang kena perkara. Dari adiknya, Adinda, yang tinggal bersama
orangtuanya di daerah, Wenny tahu rumah tangganya terancam bahaya.
Pertengkaran ayah dan ibunya semakin hebat saja. Pasalnya, ada kecurigaan bahwa bapaknya, direktur sebuah perusahaan swasta, mulai main gila dengan perempuan lain. Anak orang kaya ini bertindak. Menyiapkan diri kalau ada apa-apa. Caranya: cari kerja. Lewat koneksi Winda, Wenny emmberi les privat bahasa Inggris kepada seorang direktur. Kebetulan, sang direktur punya problem yang sama dengan ayah Wenny: dicurigai istri.
Munculnya Wenny menambah bara api sang istri. Wenny
dilabrak. Bukan sekadar di kantor sang direktur, nyonya direktur ini sempat
mampir ke pondokan. Memberikan honor sambil menegaskan agar Wenny tidak
mengacaukan rumah tangganya lagi. Kebetulan lagi, semuanya ini didengar Adinda.
Diceritakan, Adinda gerah di rumah. Minggat ke tempat kakaknya, berusaha mengadu, mencari perlindungan. Dan ia harus mendengar bagaimana kakaknya sendiri melakukan perbuatan tercela. Adinda memaki kakaknya dan berniat kabur entah ke mana. Wenny mencegah, tapi apakah bisa? Apakah kata-kata saja bisa membeirkan kesadaran? Apalagi kakak-beradik yang kelihatannya inti mini ternyata tidak bertalian darah? Jawabnya ada pada Daniel Conk.
Ditulis oleh: Rachmat Riyadi
Bintang tamu:
Amoroso Katamsi – direktur
Ida Kusumah – ny. direktur
Vita – Adinda
Dok. Monitor – No. 70/II/minggu ke-1 Maret 1988/2-8 Maret 1988, dengan sedikit perubahan
Komentar
Posting Komentar