SENDAL BOLONG, HANTU YANG TAKUT TERBONGKAR RAHASIANYA (TVRI - JUMAT, 14 OKTOBER 1988 Pkl: 21.30 WIB)
TAYANGAN sinetron kali ini menampilkan komedi gaya Betawi:
Sendal Bolong. Mengeksploitasi kelucuan dialog dan geraknya. Nggak heran,
pemeran yang dipasang adalah pelawak Dian Grup.
Mak Odah dan Andy pindah ke rumah pak Gata. Pak Gata punya rencana mengusir secepatnya mak Odah dan Andy dari rumahnya. Caranya, ia menyuruh pak Dul untuk menciptakan hantu-hantuan untuk menakutinya. Yang disuruh menjadi hantu, Nur. Bila Nur berhasil mengusir imbalan yang didapat ia akan dikawinkan dengan anaknya, Halimah.
Dari sinilah, Sendal Bolong ini (wakut itu) akan emngeksploitasi rasa takut menajdi kelucuan. Sayang, setiap gerak, dialog, dan ilustrasi tidak dibangun, secara sinkron. Karenanya, banyak dialog yang melantur-lantur. Padahal, dialog bisa dibuang dan diganti gerak.
Ketika Andy tidur di kursi, karena takut pada hantu itu, sebetulnya tanpa dialog pun sudah cukup. Tanpa ada selektivitas pemilihan dialog dan gerak yang lucu, Sendal Bolong jadi hambar. Fungsi dialog dan gerak sepertinya tidak begitu dipahami. Jadinya, ya itu tadi: banyak dialog yang bertele-tele.
Padahal, antara hantu Nur dan Andy saling tidak percaya pada dirinya. Nur takut, kalau rahasia hantu bohongnya kebongkar, sedangkan Andy takut menghadapi hantu sungguhan. Andy punya keberanian setelah diberi kekuatan oleh dukun mas Wito, sampai ia berani bertinju segala. Waktu Nur terbongkar kedoknya, kemampaun melawaknya malah tidak tampil sama sekali. “Ia menyerah tanpa syarat. “Saya terlalu terpatok dengan skenario,” kilah Nur.
Mungkin, macam itulah dilema komedi bermasalah. Di satu pihak, naskah dimaksudkan untuk memperketat plot dan di lain pihak sang pemain terbiasa improvisasi dan “ngawur.” Menurut pengarah acaranya, naskah Sendal Bolong memang (waktu itu) masih harus diperbaiki lagi, terutama menyangkut dialog panjang.
Ditulis oleh: Bujang Praktiko
SENDAL BOLONG
Andy – Andy
Gata – Gata
Wito – Wito
Nur – Nur
Mak Odah – Enny Rojani
Bang Dul – Endang Wirayudha
Mas Merico – Bambang
Ade – Aditya Kurdio
Pengarah acara: Moko
Skenario: Didiet Maulana
Produksi: Sta. TVRI Jakarta
Dok. Monitor – No. 102/II/minggu ke-2 Oktober 1988/12-18 Oktober 1988, dengan sedikit perubahan
Komentar
Posting Komentar