MENEMBUS BADAI, MENEMPEL PESAN SPONSOR (TVRI - KAMIS, 3 MARET 1988 Pkl: 21.30 WIB)

RAMAI. Maunya mencuri adegan, tapi siapa yang tidak melihat mobil TVRI nongkrong di kota seperti Cianjur? Dan beginilah jadinya

JUDULNYA: Menembus Badai. Katanya, paket drama seri Keluarga Berencana. Tapi, seperti drama-drama yang sepaket, jangan terlalu terpengaruh akan hal ini. Judul yang bombastis memang sudah jadi kebaisaan. KB pun lebih bersifat tempelan atau sisipan. Cukup pesan saja yang diomongkan.

Problema KB yang sesungguhnya, yang terjadi dan perlu dikoreksi, yang aktual tidak pernah tersentuh. Keluarga Berencana (KB), sebagai barang baru (waktu itu) dalam masyarakat tradisional, dan lalu pantas dibeberkan, tidak pernah menggugah para penulis cerita. Belum lagi cerita yang sedikit “miring”, petugas KB yang ‘overacting’ sehingga menjadikan misi KB malah jadi kabur dan sumbang.

Tanpa ingin menyalahkan siapapun – TVRI, penulis naskah, atau pihak BKKBN sebagai penentu adanya drama seri ini – bisa dipertnayakan, sejauh mana tujuan drama seri model begini. Sekadar drama biasa dengan tempelan KB atau KB dalam sebuah drama? Sambil menunggu jawaban, sambil menunggu perbaikan, beginilah drama yang (waktu itu) akan ditayangkan minggu pertama Maret 1988 ini.

 

SUASANA. Pengarah acara, Mustafa, kanan, mengatur adegan. Suasana daerah memang tertangkap, tapi sayang, ceritanya… 

LASMI, SAMSI. Lasmi, perawan desa yang sudah menjatuhkan pilihannya pada Gunadi, dipaksa orangtuanya menikah dengan Samsi. Lasmi kontan menolak, apalagi ia tahu calon suaminya anak pak Atma, seorang lintah darat. Orangtua Lasmi kerepotan. Bukan saja lamaran mereka diterima, tapi juga uang lamaran. Namun, semakin mereka mendesak, semakin Lasmi bersikeras.

Dengan menyandang malu, akhirnya, pak Barata, ayah Lasmi, mengembalikan uang dan membatalkan lamaran. Samsi yang memang ngebet dengan Lasmi, menggosok ayahnya. Dan jalan keluarnya? Untuk menutup malu, pak Atma menyewa seorang bekas bandit untuk menculik Lasmi. Rangga menolak. Ia tidak mau lagi ke jalan yang lama.

 

ULANG. Sang pacar berangkat ke Kalimantan. Di teras rumah mereka berpisah, dan jadilah perkara. Mirip pengulangan kisah Siti Nurbaya

Toh, niat pak Atma kesampaian juga. Teman lama Rangga, Ganda, lagnsung setuju setelah gagal mengajak Rangga, dan Lasmi hilang. Perkiraan pertama, Lasmi menyusul Gunadi ke Kalimantan. Tapi, lalu Rangga datang. Dan tuduhan langsung dilakukan pak Brata kepada pak Atma. Atma membantah. Pakai sumpah segala. Ke mana sebetulnya Lasmi? Betulkah ia diculik? Benar-benar lari menuju kekasihnya?

Drama dengan akhir bahagia ini menampilkan Lasmi duduk berdua dengan Gunadi di pematang sawah yang subur. Dan inilah dialognya.

“Setelah itu apa, kang? Kau akan pergi lagi?”

“Tidak, Lasmi. Yang penting, kita harus membina keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.”

Di sini KB kedengaran.

Ditulis oleh: Rachmat Riyadi

PEMAIN:

Rina Tertiana – Lasmi

Alfian – Gunadi

L. Sutrisna – Pak Brata

Etty Nurbaety – Bu Brata

Syamsuri Kaempuan – Rangga

Anton Samiat – pak Atma

Ade Irawan – bu Atma

Drs. Imam – Samsi

Pengarah acara: Mustapa

Lokasi: Kecamatan Warung Kondang dan kota Cianjur.

Dok. Monitor – No. 70/II/minggu ke-1 Maret 1988/2-8 Maret 1988, dengan sedikit perubahan

Komentar

Postingan Populer