BONUS - BABY GIRL SCOTT: "KISAH TENTANG BAYI PREMATUR YANG MUTU GAMBARNYA BELUM LUNTUR" (FILM CERITA, TVRI - SELASA, 18 OKTOBER 1988 Pkl: 22.30 WIB)

KALAU jadi diputar, Baby Girl Scott ini (waktu itu) termasuk film yang rada baru. Sebab, MTV produksi CBS ini di sana baru disiarkan setahun sebelum bacaan ini dimuat Monitor – 24 Mei 1987 jam 9 waktu setempat. Ber-‘setting’ dunia kedokteran, Baby Girl Scott tak kelewat Istimewa, baik dari segi cerita maupun nama pemainnya. Barangkali hanya Linda Kelsey yang agak dikenal di sini lewat film seri Lou Grant (di Indonesia diputar TVRI-red), beberapa tahun sebelum bacaan ini dimuat Monitor.

Skenario ditulis Beth Polson dengan Christopher Knofp dan disutradarai oleh John Korty, sebagai orangtua kita seolah digugah untuk tetap bertanggung jawab terhadap bayi yang baru dilahirkan – apapun keadaan sang jabang bayi. Adalah sepasang suami-istri Neil dan Wendy kelihatan begitu bahagia. Maklum, sang istri tengah hamil 6 bulan. Dan diperkirakan bayi dalam kandungan itu akan lahir tepat di hari Natal. Yang berati bisa juga sebagai hadiah Natal yang teramat berharga.

Senyum kebahagiaan menjadi warna, mengiringi Wendy ketika ia mengatakan, “Bayi kita nanti akan tidur di ruangan ini.” Neil menyambung tak kalah bahagia dan mesranya. “Ya, jika telah selesai menatanya.” Kegembiraan dalam adegan pembuka itu memang mengisyaratkan bahwa pada peristiwa berikutnya akan terjadi sebaliknya. Dan tanda-tanda tersebut mulai muncul ketika Neil melihat Wendy mengalami pendarahan. “Keguguran…,” gumam Neil cemas.

“Jika pendarahan bisa berhenti, bayi akan selamat, begitu pula ibunya. Dan kehamilan boleh diteruskan. Atau Anda lebih memilih proses kelahiran dini?,” ujar dr. Kinderly.

Neil akhrinya memilih yang terakhir, kendati ia sadar risiko bayi prematur. Lelaki setabah apapun tentu akan guncang juga menghadapi kenaytaan sepert iNeil, waktu dokter memberitahu bahwa bayi yang lahir itu beratnya cuma setengah kilogram 60 ons. Apalagi kata dokter keselamatan bayi sangat mengkhawatirkan.

Neil tak tahu dengan cara bagaimana harus menceritakan bila istrinya menanyakan keadaan bayi mereka. Sampai hatikah ia berterus terang mengatakan kalau bayi mereka hidupnya tergantung pada respirator? Guncangnya jiwa Neil digambarkan dengan adegan yang sudah terlalu biasa, yakni dicaci seorang pengemudi karena Neil mengemudikan mobilnya seperti orang mabuk.

KUSUT, KHUSUS. Di satu sisi, pemirsa boleh saja merasa iba terhadap nasib mereka. Terlebih lagi melihat sikap dari para dokter yang tak dimengerti Neil. Laki-laki ini merasa seperti dipermainkan. Menurutnya, tindakan para dokter itu tak ubahnya menjadikan bayinya sebagai bahan penyelidikan baru di bidang kedokteran.

Dari sinilah persoalan merembet, membuat Neil sering bertengkar dengan Wendy. Perbedaan pendapat dan sikap suami-istri itu banyak dieksploitasi. Pendapat Wendy, upaya para dokter tak lain guna menyelamatkan bayi mereka. Tapi, Neil rupanya telah kusut pikiran. Ia justru secara terang-terangan mengharapkan agar si jabang bayi tak hidup terlalu lama.

Konflik model begini memang maunya memainkan perasaan penonton. Bisa jadi kita kemudian menuduh Neil sebagai orangtua yang tak bertanggung jawab. Namun, sesungguhnya ia mempunyai pertimbangan manusiawi. Karena tak tega, jika nanti melihat anaknya tumbuh dengan banyak kekurangannya. Ia tidak ingin anaknya setiap detik harus berurusan dengan segala obat-obatan.

Karakter Neil bisa jadi mewakili laki-laki yang tengah dihadapkan pada persoalan semacam itu. Ini dipertajam lagi pengakuannya terhadap diri sendiri bahwa ia belum sempurna sebagai laki-laki. Apabila John Lithgow yang bermain sebagai Neil mampu mengekspresikannya dengan pas, rada tertolonglah film ini.

Teriakkan Neil, “Dia bukan anak kita, tetapi anak mereka!,” yang dilontarkannya dengan geram sehubungan dengan sikap para dokter yang tampaknya berusaha menyembunyikan hal sebnearnya mengenai bayi itu. Teriakan laki-laki setengah putus asa, terasa getar menyentuh. Ini jelas butuh penghayatan yang serius.

Berhubung film ini bertema drama tergolong biasa, maka taka da catatan khusus. Kecuali mutu gambarnya lumayan bagus dan belum luntur. Juga bukan karena cerita misteri, segalanya terselesaikan dengan jelas dan tuntas. Cuma, untuk penilaian pasnya, (waktu itu) silakan menyaksikannya.

Ditulis oleh: Tavip Riyanto

BABY GIRL SCOTT

Neil Scott – John Lithgow

Wendy – Mary Beth Hurt

Mrs. Gelson – Linda Kesley

Sutradara – John Korty

Skenario – Beth Polson dan Christopher Knofp

‘Editing’ – James Oliver

Batas usia: 17 tahun ke atas

Dok. Monitor – No. 102/II/minggu ke-2 Oktober 1988/12-18 Oktober 1988, dengan sedikit perubahan

Komentar

Postingan Populer