ANTON ISSOEDIBYO (LAGU-LAGU ASEAN, TVRI - RABU, 26 OKTOBER 1988 Pkl: 20.15 WIB)

 
ANTON Issoedibyo, (waktu itu) 38 tahun, merasa tertantang untuk menangani Lagu-Lagu ASEAN (TVRI). Terutama menyangkut masalah kultur yang berbeda-beda itu. “Khusus lagu Thailand dan Filipina ditangani orang sana.”

Tapi, masalah kostum ia tangani secara langsung. “Ini saya perhitungkan benar. Kalu nggak cocok, saya bisa dimaki-maki.” Di samping itu, ia juga memilih suara penyanyi yang pas untuk membawkaan lagu masing-masing negara ASEAN. Wajah? “ya juga. Lihat Puput Novel itu. Dia seperti gadis Malaya!”

Ia memang berusaha secara detail menggarap lagu ASEAN ini, karena menyangkut kepentingan bangsa. “Seperti Singapura, yang memiliki ragam bahasa. Maka, saya tampilkan lagu bahasa India, Cina, Inggris, dan Melayu.”

Tapi, mengapa ‘setting’ begitu-begitu saja? “Wah, kalau itu bukan urusan saya. Tugas saya menyajikan sebuah penampilan penyanyi, yang cocok dengan kultur negara masing-masing. Baik gerak dan dialeknya. Dan itu bukan pekerjaan yang gampang.” Maka, ia sangat kecewa bila tidak ditunjang kemampuan kamera dan ‘estting ‘yang memungkinkan untuk menjadi tontonan yang bagus.

Tapi, kelihatanya Anton pasrah dengan kondisi semacam itu, karena ia tidak memiliki wewenang untuk mengubah ‘setting’ dan mengatur kamera. “Ya, kita lihat saja hasilnya.”

Ditulis oleh: Bujang Praktiko

Dok. Monitor – No. 104/II/minggu ke-4 Oktober 1988/26 Oktober-1 November 1988, dengan sedikit perubahan

Komentar

Postingan Populer