QUARTERBACK PRINCESS: "HAPUS KERAGUAN DENGAN PRESTASI" (FILM CERITA, TVRI PROGRAMA 1 - SENIN, 24 AGUSTUS 1992 Pkl: 22.30 WIB)

 Tami Maida, ‘centreback’ wanita yang gemilang

PRESTASI yang mematahkan keraguan adalah potensi drama. Bukti yang (sampai saat itu) belum hilang dari ingatan adalah keberhasilan Susi Susanti/Alan Budikusuma merebut medali emas bulutangkis olimpiade Barcelona 1992. Tulisan di banyak media seperti bersaingan memberi unsur dramatis dlaam peristiwa itu. Senadainya difilmkan pun, peristiwa semacam tak kelewat sulit dikenyalkan.

Quarterback Princess, film yang pernah di-Programa 2-kan TVRI pada 7 Agustus 1992, kurang lebih ber-‘genre’ sama. Mengupas prestasi olahraga yang pernah ada, secara nyata, di Oregon, AS, sekitar 1981. Tami Maida (Helen Hunt), siswi sebuah SMA pindahan dari Kanada, bersikeras masuk tim sepakbola Amerika di Philomath High School.

Ia menyatakan minat ketika lingkungan sekitar menganggap sepakbola Amerika adalah puncak segala olahraga, tak sembarang manusia bisa jadi atlet di sana. Apalagi untuk jenis olahraga yang “sangat maskulin” sebagaimana ‘American football’. Tami, sulung dari 5 putri pasangan Judy (Barbara Babcock) dan Ralph Maida (Don Murray), di samping memang ingin main, juga mendapat dorongan dari orangtuanya.

Menurut Josh, Tami harus menruskan minat besarnya yang sudah ada sejak mereka tinggal di Prince George, British Columbia, Kanada. Ibu pun mendukung. Minat tak boleh surut hanya karena mereka pindah (agar ayah bisa menyelesaikan disertasi doktor psikologi). Toh di Oregon sarana tersedia. Pintu kesempatan pun bukannya tertutup.

Namun tak urung, Tami harus menghadapi sinisme dan ketidakpercayaan. Maklum, ia gadis amat feminin. Wajahnya pun kelewat rupawan untuk olahraga laki-laki. Sebagai murid, Tami harus memperoleh izin dari sekolah sekalipun hanya untuk berlatih.

Ia tetap ngotot, dengan dukungan penuh ibunya, meski izin tak kunjung diperoleh. Akhirnya, berdasarkan peraturan negara bagian, Tami diizinkan mencoba. Apa boleh buat, Oregon harus menerimanya. Mister Caine (Dana Elcar) pun mau tak mau harus melatihnya.

TAK DINYANA, Tami membuktikan dari ampuh sebagai pemain tengah-belakang, posisi sentral dalam permainan sepakbola Amerika. Ia bahkan berhasil menulangpunggungi tim sekolahnya merebut kemenangan demi kemenangan. Warga sekolah tersentak. Masyarakat terhenyak. Dominasi laki-laki dalam olahraga keras pun terdobrak.

Tami jadi pembicaraan. Banyak orang mengaguminya. Simpati paling tinggi ditujukan oleh Scott Massey (John Stockwell), temannyayang jatuh hati. Namun, sejalan dengan itu, rasa iri pun muncul. Mengherankan, yang teruncing justru datang dari Kim (Daphne Zuniga), adiknya. Quarterback memang cerita tentang keberhasilan yang hampir komplit. Diawali dengan rintisan, perjuangan, prestasi, sampai akibat-akibatnya.

Kisahnya sendiri sebetulnya cukup sederhana. Namun dengan penyajian yang piawai, jadilah Quarterback sebuah drama cukup mempesona. Pemirsa (waktu itu) mencatat penampilan gemilang Helen Hunt (Bill: On His Own, Swiss Family Robinson, Amy Prentiss) sebagai Tami Maida, yang dalam beberapa adegan di lapangan didampingi si tokoh asli.

Juga Barbara Babcock yang di AS sangat beken karena pernah menyabet anugerah Emmy atas peran di seri Hill Street Blues (1987, di Indonesia kemudian diputar TVRI Programa 2-red), ataupun pemeran Pete dalam Mac Gyver (di Indonesia diputar RCTI/SCTV-red), Dana Elcar, sebagai Mr. Caine yang antagonis.

Ditulis oleh: Slamet Riyadi

Produser: Gary M. Goodman & Barry Rosen, CBS Entertainment, 1983

Sutradara: Noel Black

Skenario: Rod Browning, berdasrkan cerita nyata Tami Maida

Penata kamera: Isidore Mankofsky

Penata musik: James Di Pasquale

Masa putar: 103 menit

Batas usia: 13 tahun ke atas

Dok. Citra – No. 125/III/19-25 Agustus 1992, dengan sedikit perubahan

Komentar

Postingan Populer